Pages

Jumat, 22 Juli 2011

Heartbreaker

Story by damnxrightxitsxanna from storywrite
Translated by Sierra

Soundtrack :
Victim Of Love by Cash Cash
Livin In A World Without You by The Rasmus
Heart Heart Heartbreak by Boys Like Girls

Ada keheningan tak nyaman di ruangan abu-abu, tua, dan kotor. Semua benda tergeletak di lantai. Rak-rak diselimuti lapisan debu tipis. Setiap laci dan kotak tampak terbuka kecuali sebuah peti di pojok ruangan. Di meja putih tergeletak sebuah kunci mobil dan uang 50 bucks. Pintu ruangan terbuka dan seorang cowok bertubuh tinggi bermata biru masuk kedalam. Rambut coklatnya bergerak anggun saat ia berjalan menuju meja putih. Dia mengambil uang dan kunci mobilnya dan memandang pada peti yang tertutup itu. Dia tersenyum yang berbisik pada dirinya sendiri. “Hari ini aku akan dapat koleksi baru.” Setelah itu diapun pergi.

Hari ini tidak dingin tapi juga tidak panas. Bisa dibilang ini cuaca yang sempurna di dunia yang tidak sempurna ini. Cowok bermata biru masuk ke mustang merahnya dan saat dia duduk sepasang cowok remaja menghampirinya. Mereka berhenti tepat disamping mobilnya dan menyapa “hai” dan “ada apa” pada waktu bersamaan. Cowok bermata biru menatap mereka dari mobilnya dan berkata “Hey guys, jadi apa yang kalian lakukan?”

“Well, ada party di rumah Jackson, mau ikut dengan kami?” cowok paling tinggi diantara keduanya bertanya.

“Um, aku tidak tahu kawan, kalian lihat, aku berjanji pada Jessica aku akan datang hari ini dan dia nampak sedikit kesal, jadi kupikir aku harus pergi melihat apa yang salah.”

“Tidak mungkin, jangan bilang kalau kau sudah punya cewek baru. Kau kan cowok berengsek Jim. Aku tak percaya ini.”

“Well, apa salahnya punya cewek baru? Aku harus melanjutkan hidup cepat atau lambat, kau tahu?”

“Well, yeah, tapi baru minggu kemarin pemakaman Jackie dan kamu sudah punya cewek baru, tapi ini hidupmu, kawan.”

“Tepat sekali, sekarang, dengar. Aku harus pergi menemui Jessica, jadi sampai jumpa.”

“Hati-hati, dan Jangan biarkan Jessica yang ini mati begitu mudah.”

“Pergi saja lah.” Dia menstarter mobilnya dan pergi menyusuri jalan. Dia pemperlambat kecepatan saat melihat dua gadis cantik sedang bermain bola voli di depan sebuah rumah berwarna kuning. Dia tersenyum pada dirinya sendiri dan mengengok pada kursi penumpang. Ada sebuah kain rombeng berwarna kuning dan dapat kamu lihat sesuatu dibawahnya.  Dia mengemudi dengan kecepatan 40 mil per jam. Hanya tinggal satu belokan lagi ke rumah Jessica.

Dia berbelok ke kanan. Ada sebuah taman di depannya. Dia memarkirkan mobilnya, mengambil kain kuning itu dan sesuatu di bawahnya. Dia pergi ke taman dan duduk di bangku hijau dimana dia memutuskan untuk menungu. Hari itu hari yang indah, langit tampak cerah, mata hari bersinar, sekitar 75 derajat, tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Bisa dibilang ini hari yang sempurna.

Jim tersenyum kembali, kali ini ia melihat sakunya dimana ia menyembunyikan kain berwarna kuning itu. Seorang gadis datang padanya dan duduk disebelahnya, dia tidak bereaksi. Gadis itu mulai menangis. Jim masih tidak bergerak, kemudian cewek itu mulai berteriak.

“Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Katamu kau mencintaiku! Kenapa kau bahkan tak bisa memandangku? Aku tahu, kamu punya masa lalu yang kelam. Pacarmu meninggal dan sabagainya, tapi kenapa sedikitpun kau tak bisa memandangku?”

Jim berdiri tanpa menatapnya dan berkata pelan  “Ikut aku”

Gadis itu tak berkata apa-apa, dia berdiri, meraih tangan cowok itu dan pergi bersamanya. Anak-anak berteriak satu sama lain di taman. Beberapa sedang bermain ekor-ekoran dan beberapa hanya sedang berlarian saja. Jim dan Jessica pergi semakin jauh dan jauh dari semua orang. Ada sebuah hutan di depan mereka. Rasanya sedikit dingin di bawah bayang-bayang pepohonan. Gadis itu memeluknya.

Dia mendorong halus gadis tersebut menjauhinya kemudian merenggut kedua tanggannya. Sekarang di kedua mata birunya yang indah kau dapat melihat air mata. Air mata itu perlahan membasahi pipinya. Dia berkata dengan suara bergetar,

“Jessica, apa kamu mencintaiku?

Mata gadis itu dipenuhi air mata saat ia menjawab, “Tentu saja aku mencintaimu. Aku tak dapat hidup tanpamu!”

Walaupun air mata membasahi pipinya namun nampak seolah-olah cowok itu sedang tersenyum. Dia bertanya, “Apa kamu akan melakukan apa saja demi aku?”

Jessica nampak sedikit terkejut dengan pertanyaannya tapi dia menjawab, “Ya, tentu saja aku akan melakukannya. Apa yang kau ingin aku lakukan untukmu?”

Sekarang kau dapat melihat jelas senyum di wajah cowok itu, ia berpaling dan tersenyum semakin lebar. Tapi sang gadis tak melihat senyumannya. Setelah beberapa detik dia melihat ke gadis itu lagi, air matanya mengalir kembali.

“Mau kah kau…” suaranya terpotong. “Apakah hatimu milikku?”

Jessica nampak kaget dengan pertanyaannya tapi dia menjawab “Iya, hatiku milikmu. Aku mencintaimu lebih dari apapun. Hatiku hanya untukmu!”

Tiba-tiba ekspresinya berubah. Sekarang wajahnya terlihat dingin. Walaupun dengan air mata yang masih dipipinya dia terlihat tak perduli.

“Kalau begitu berikan itu padaku.” Katanya tanpa ada ekspresi di suaranya.

“Apa?”

Dia tersenyum dan berkata,

“Katamu hatimu milikku, berikan itu padaku.”

Jessica terlihat semakin bingung membuat Jim semakin tersenyum lebar. Dia mengeluarkan kain kuning dari sakunya dan perlahan membukanya. Ada sebuah pisau tersembunyi di dalamnya. Dia tersenyum kembali dan memberikan pisau itu pada sang gadis sambil berkata, “Berikan hatimu untukku.” Si gadis menatap matanya dan berkata tanpa pikir panjang,

“Kamu sakit!”

Jim mulai tertawa dan merenggut tangannya dan saat memegangnya erat-erat dia berkata,

“Bila kamu tak akan memberikannya padaku, maka kukira aku berhak mengambilnya sendiri. Karena seperti katamu, itu milikku.”

Si gadis mencoba meloloskan diri, tapi ia tak cukup kuat dan tak ingin menyakiti cowok yang sekarang nampak kehilangan kewarasannya.

“Apa masalahmu?” Dia mulai berteriak saat Jim membuka bajunya. Cowok itu meletakkan pisaunya ke tanah dan mulai menangis. Setelah beberapa saat ia melepaskan tangan Jessica dan mengatakan bahwa dia menyesal.

“Pulanglah ke rumah sekarang Jessica. Aku sangat menyesal. Aku tak akan menyakitimu, kau tahu, aku tak pantas untukmu. Pulang lah!”

Jessica menatap dalam ke matanya dan mereka berciuman. Jim menatap wajahnya sekali lagi dan mulai menciumnya lebih bergairah dari sebelumnya. Dia mendorongnya sedikit ke belakang hingga punggung Jessica menempel ke pohon. Jessica meletakkan tangannya dibelakang leher Jim dan menciumnya lagi. Jim mengambil tangannya dan meletakkannya di belakang pohon. Sebelum Jessica dapat menyadari dia mengikat tangan Jessica bersama dengan bajunya yang masih ia pegang. Dia tersenyum sambil berkata,

“Kau begitu naïf.”

Gadis itu coba menendangnya tapi ia bergerak dan mengambil tali yang tampak sudah tergeletak disana beberapa minggu. Tali itu berlumuran darah. Dia meletakkannya sekitar sepuluh kaki jauhnya dari Jessica dan mengitari pohon dimana ia terikat. Jim mengitarinya lima kali lalu mengikatkan talinya.

Sekarang ia tak dapat menggerakkan kaki maupun tangannya. Jim mengambil pisau dari tanah dan mendekatinya.

“Mengapa kamu lakukan ini?”

Jim tertawa sambil berkata “Aku hanya mengambil apa yang menjadi milikku.” Dan saat ia meletakkan tangannya di mulut si gadis membungkamnya untuk bicara ataupun berteriak dia secara perlahan menikamkan pisau tepat di atas dada gadis itu.

Darah mengalir di dada gadis itu dan Jim mulai memotong dalam garis lurus diatas dadanya.

“Disana.” katanya saat si gadis kehilangan kesadarannya. ia meletakkan tangannya dalam potongan yang ia buat. Saat ia meletakkanya semakin dalam dan dalam dia tersenyum lagi. Tiba-tiba dia menarik tangannya keluar dari dada si gadis dan ditangannya ada jantung si gadis. Dengan pisaunya ia memotong semua urat dan pembuluh darah dan membungkusnya pada kain kuning. Dia melepaskan ikatan pada mayat si gadis  dan mengambil tali dan pakaiannya lalu meletakkan semuanya di tanah. Kemudian dia mengambil pisau dan membersihkan gagangnya dengan pakaian si gadis lalu meletakkannya di samping mayatnya. Dia membawa tali, pisau dan kain berwarna kuning itu bersamanya dan berjalan perlahan ke mobilnya. Saat itu sudah gelap, taman itu kosong. Dia pergi ke toilet umum dan membersihkan tangannya disana. Kemudian dia masuk ke mobilnya dan pulang ke rumah.

Saat ia mengemudi ia melihat cowok-cowok yang sama tadi siang. Dia berhenti dan mereka menceritakkan bagaimana menyenangkannya pesta barusan kemudian salah satu diantara mereka berkata, “Lalu bagaimana di tempat Jessica?”

“Jangan ingatkan aku, dia mulai menangis tanpa alasan dan kemudian memanggilku berengsek. Kurasa ia hanya salah satu dari cewek-cewek ‘OMG-Aku-punya-segudang-masalah’ yang banyak ku jumpai akhir-akhir ini. Jadi aku tidak melihat ada gunanya berkencan lagi dengannya. Kau tahu, aku putus dengannya.” Kata Jim dan beberapa temannya mulai tertawa.

“Kau bergerak terlalu cepat” kata salah satu dari mereka.

“Mungkin kau benar, tapi aku tahu pasti bukan dia orangnya. Oh well, mungkin suatu hari nanti aku akan menemukan seseorang yang akan kuberikan hatiku untuknya…” Dia tertawa sendiri dan seseorang berkata, “Kedengarannya sangat gay, jauh-jauh dariku!” dan Jim tersenyum pada teman-temannya dan bilang dia harus segera pergi sekarang.

Akhirnya ia sampai ke rumah, dia menghentikan mobilnya, mengambil kunci, tali dan kain berwarna kuning dan saat ia berjalan ke pintu ia melemparkan talinya. Dia masuk ke kamarnya yang berantakan dan meletakkan kunci di meja dan berhenti sejenak memandang peti.

Dia berjalan mendekatinya perlahan dan membukanya, di dalamnya ada sekitar dua puluh jantung  saling lumat jadi satu. Dia membuka lipatan kain kuning dan menaruh jantung baru disana. Dia menutup peti itu dan keluar dari rumah untuk membuang kainnya. Lalu ia kembali ke kamar dan berbisik pada dirinya sendiri saat ia menatap peti itu.

“Yeah, mungkin suatu saat nanti aku akan memberikan hatiku untuk seseorang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar