Pages

Rabu, 27 Juli 2011

Isolated Paradise Again

Story by Sitav Nabi from studenmagsz
Translated by Sierra

Disanalah dia duduk sendirian lagi di kantin. Di sebelah kirinya duduk sekelompok anak laki-laki urakan sedang menyibukkan dirinya dengan melihat siapa yang bisa tersedak selai kacang dan sandwich jelly paling cepat dan meneguknya dengan susu. Dan di sebelah kanannya duduk penghuni sekolah paling jahat, melihat keatas dan kebawah pada kaca sakunya untuk menemukan secuil bagian wajahnya yang tidak tertutup make- up. Melihat ke belakang, dapat terlihat sekelompok gadis-gadis manis yang selalu tersenyum saat mereka melihat kearahnya tapi tak pernah mengundangnya untuk duduk bersama mereka. Dan, didepan adalah sekelompok cowok-cowok pemalu yang tak pernah terhindah dari pandangan sepintas lalu, sebab mereka terlalu sibuk meledakkan kantong-kantong kertas.

Dia duduk di tengah-tengah ruang makan yang padat menikmati ham dan sandwich turkey-nya serta pudding coklat dan jus dengan damai. Nyaman seperti biasa, dan baginya itu hal yang lumrah. Tempatnya, tepat diluar lingkaran social kelas sembilan. Setiap hari dia duduk dan menikmati tidak adanya perdebatan untuk diselesaikan, persahabatan untuk dipelihara, dan percakapan apapun yang tidak artinya tentang lip-gloss. Walaupun semua orang memandangnya sebagai cewek antisocial, dia tidak perduli. Dia bangga dengan hal itu.

Tapi suatu hari semuanya berubah. Hari dimulai dengan normal. Pagi berlalu dan segera semua orang berlari di lorong menuju kantin, duduk di kursi mereka dan menggoyangkan kepala mereka kekiri dan kekanan sambil bergosip dengan teman. Dia duduk di meja pribadinya dan terisolasi dari omong kosong dunia remaja tepat saat ‘dia’ datang dengan tiba-tiba, berjalan ke majanya dan duduk tepat disampingnya. Anak laki-laki itu tersenyum dan dia mengernyitkan dahi bertanya-tanya mengapa anak baru itu duduk bersamanya. Seakan-akan hal itu tidak menyiksa, dia mulai berbicara tak terkendali. Seolah-olah dia menunggu hari ini untuk mencurahkan kisah hidupnya pada gadis malang yang sedang kesal yang tak ingin hal lain selain ditinggal sendiri selama empat puluh lima menit. Anak laki-laki itu menelusuri kembali hidupnya lima tahun yang lalu dan dimulai dari sana, diakhiri dengan rencana masa depannya, sambil tersenyum dan melirik ke belakang untuk melihat apakah ada salah seorang dari cowok-cowok yang melemparkan sesuatu kepadanya.

Hal ini berlangsung selama beberapa bulan ke depan dan tidak ada yang khusus tentang waktu makan siang baginya. Tidak ada yang membuatnya terus berharap. Tak ada pulau tenang terisolasi yang tertinggal di mejanya, hanya suara menjengkelkan yang tak pernah menyerah bicara. Dan saat dia duduk kembali untuk empat puluh lima menit yang menyiksa di lain waktu, Anak laki-laki itu tersenyum, tapi dia dapat melihat dengan mudah bahwa itu bukan senyum yang sama. Senyum itu tidak menjangkau matanya dan tidak menyalakan sinar diwajahnya. Dia berkata bahwa ia meninggalkan buku sejarahnya di kelas terakhir dan akan kembali lagi setelah mengambilnya. Yang mengejutkan dia tidak pernah kembali ke mejanya. Hari berikutnya dia duduk di meja  cowok dan tidak bicara dengannya. Dia tidak tersenyum kepadanya, dan tidak mengambilkannya serbet extra. Dan gadis itupun kembali duduk di surga terisolasinya sekali lagi, seperti yang selama ini ia lakukan, semuanya seorang diri.

1 komentar: