Pages

Jumat, 29 April 2011

Blessed With A Curse

Story by DeathAngel-VladTod from StoryWrite
Translated by Sierra

Soundtrack : The Boys Of Summer by The Ataris

Seberapa gembiranya kamu bila kamu terjebak dalam dunia mimpi? Dimana semua yang kamu inginkan ada disana? Cowok yang kamu impikan? Cewek yang kamu benci mencium kakimu? Sangat menyenangkan, bukan? Salah. Kupikir itu akan terjadi, ternyata itu neraka.

Aku membuka mataku dan tersenyum melihat sekeliling ruangan yang nampak familiar dimataku. Ruangan itu gelap, kuno dan sangat gothic.

Aku bangkit dari singgasana gothic dan berjalan ke sekeliling. Aku melihat pada kaca yang dipenuhi kutipan kata yang kutulis disana. Aku memakai celana pendek hitam dan tang top hitam. Rambut hitam pekat ku dengan highlights biru terang tergerai dengan poni yang lebih panjang dari biasanya dan menutupi mata kiriku dan sebagian mata kananku. Mataku berwarna biru hazel lembut dihiasi dengan eyeliner tebal. Tinggiku rata-rata dan langsing dengan kulit pucat. Gelang-gelang hitam ada dikedua pergelangan tanganku. Sebuah liontin perak dengan cincin yang juga berwarna perak sebagai bandulnya tergantung dileherku hadiah peninggalan dari nenek.

“Selamat datang” Aku tersenyum dan membalikkan badan untuk melihat Aiden. Dia duduk di sebuah tempat tidur dan tersenyum padaku. Dia lalu bangkit dan berjalan ke arahku. Rambutnya berwarna hitam sehitam arang dan panjang menutupi matanya dan menyentuh pundak.

Dia tinggi, ramping dan sangat pucat. Dia memiliki otot-otot seperti telah dilatihnya beberapa waktu. Dan matanya menakjubkan. Warna matanya tak pernah ada habisnya selalu berganti dari biru, merah, orange terang, emas, hijau bahkan kristal. Segala macam warna ada dimatanya. Bahkan sampai sekarang aku masih belum dapat  membedakan yang mana.

Dia  menarikku kearahnya. Kami terlihat pas bersama. Dia menunduk dan memberiku kecupan dibibir. Rasanya lembut dan hangat. Setelah dia menariknya dia menempelkan lagi bibirnya lebih dalam.

Aku menutup mata dan membalutkan lenganku di pinggangnya. Aku dapat merasakan dagunya beristirahat di kepalaku. Aku mendengar detak jantungnya. “Dag-dig-dug. Dag-“

“HAILEY!” Mataku terbuka dan guruku sedang melotot kearahku dengan muka merah. “Apa jawabanya!” Aku melihat ke papan tulis. “3” Dia mengerjapkan mata. “Bagus, tapi berhentilah tertidur dalam kelas.” Aku mengangguk dan dia kembali pada mejanya.

Aku melihat pada notebookku. Sebuah gambar yang kulukis ada disana. Gambarku dengan Aiden yang sedang memelukku. Aku mendesah dan menutup notebookku.

Tidak. Semua yang baru saja terjadi tidaklah nyata. Tak ada Aiden. Hanya dalam kepalaku saja. Dan dunia mimpi itu juga tidak nyata.

Belpun berbunyi, aku mengambil tas dan notebookku lalu pergi meninggalkan kelas.

Aku berada diloker dan melirik kesudut mataku. Aku melihat cowok-cowok rese’ datang kearahku. Sial

Cepat-cepat aku menutup loker dan menuju pintu keluar. Terlambat. “Hey cewek aneh, tunggu!” Aku tidak melambatkan langkah kakiku. Akhirnya salah seorang meraih tanganku. “Kenapa terburu-buru? Ayo pergi berenang.”

Aaron:

“Jadi Aaron, kau mau datang setelah ini?” Michelle bertanya mengedipkan matanya padaku. Dengan dingin aku menjawab. “Tidak, terima kasih. Aku ada janji dengan saudaraku.” Dia menimpali “Aw lain waktu?” Aku hanya bergumam dan dia menganggapnya sebagai tanda persetujuan.

Dia tertawa terkikih dan berjalan pergi. Aku mengerang dan menutup lokerku. Aku mulai berjalan menuju gym untuk berlatih basket. Seseorang menyapaku dalam perjalanan, aku balik tersenyum dan mengangguk. Aku menyibakkan rambut coklat gelapku dengan  tangan dan mendesah.

Lalu aku mendengar teriakan samar-samar di dekat kolam. Aku berhenti ditempat. Lagi, aku dapat mendengar suara itu.  Aku berjalan ke kolam dan melihat Michael, Josh, dan Ryan sedang berusaha mendorong seseorang ke dalam air dari atas papan loncat.

Seorang cewek berteriak dalam rengkuhan tangan  Ryan. Aku menyipitkan mata melihatnya kemudian aku pun terkejut. Itu Hailey.

Dia mengenakan jins hitam ketat dan sebuah hoodie. Rambut hitam birunya berantakan dan ketakutan terpancar dari mata biru hazelnya yang indah. Kemudian itu menghantamku. Air. Dia adalah tetanggaku dan keluarganya memiliki kolam renang. Walaupun begitu dia tidak pernah menggunakannya. Aku ingat kakaknya pernah bercerita padaku bagaimana dia hampir tenggelam ketika masih kecil.

“Ayo lah, cepat!” Michael menjemputnya. “Tidak! Hentikan!” Aku berteriak. “Terlambat Aaron!” Ryan tertawa. Kemudian mereka menceburkannya ke kolam.

Hailey:

Semua yang kuingat adalah melihat ke dasar  kolam yang gelap. Aku tidak tahu jika tanganku bergerak atau kakiku. Yang ku tahu aku baru saja berteriak.

Air dingin menghantamku, aku merasa tubuhku membeku. Aku tak dapat bergerak. “Ya, kamu dapat.” Sebuah suara berbisik. “Aiden?” Aku bertanya. “Ya, aku disini Hailey” Aku merasakan mataku tertutup. Aku dapat mati bersama Aiden.

Mataku tiba-tiba terbuka. Aku melihat sosok dengan rambut coklat gelap berada diatasku. Mulutnya berada di mulutku. “Mmmmmhhh!” kataku. Dia berhenti. Aku terbatuk dan air keluar dari dalam mulutku. Aku merasakan sebuah tangan menepuk punggungku. Akhirnya aku berhenti terbatuk dan memandang pada sosok itu. Aaron.

Rambut coklat gelapnya basah dan menempel pada wajahnya. Kulit terangnya bercahaya dan mata birunya terlihat cemas. Aku juga memperhatikan kalau bajunya basah.

“Kamu yang menarikku keluar kolam?” Aku bertanya dengan suara pelan. Dia bernafas dan mengangguk. “Yeah, uh aku harus pergi um untuk PRC.” Aku merasa mukaku memerah seperti halnya dia. “Oh..” Dia mengangguk. “Kantor sedang mamanggil orang tuamu. Mereka sudah menangani para cowok itu.” Aku mengangguk dan menggigil kedinginan.

Dia dengan cepat melihat sekitar dan mengambil sebuah handuk. “Pelatih pergi mengambilkan sesuatu yang hangat untuk kau minum.” Aku mengangguk. Dia menyelimutkan handuk itu padaku. Aku memperhatikan kalau tangannya berada padaku lebih lama dari waktu normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar