Pages

Jumat, 29 April 2011

HIGH SCHOOL DISASTER (CHAPTER 1)

Soundtrack : Electronic Lover by Breathe Electric

Mungkin bisa dibilang gue adalah cewek paling malang sedunia, setidaknya itu menurut versi gue sendiri karena gue baru saja mengalami peristiwa malang yang total merubah hidup gue. Semenjak kepergian papa karena sakit keres, mama memutuskan menikah lagi dengan seorang duda kaya raya teman mama semasa kuliah dulu. Terang saja gue sempat menentang perihal pernikahan tersebut. Tapi karena nggak tega melihat mama terus menerus bersedih akhirnya gue harus merelakan mama bersanding dengan laki-laki lain yang sempat menjadi cinta pertamanya dulu ketika masih muda.

Hey, sebelumnya perkenalkan nama gue Luna Kataluna. Anak tunggal dari papa mama gue yang baru menginjak SMA. Umur gue 16 tahun. Memang bukan masalah besar bila mama menikah lagi dengan laki-laki lain pilihannya. Tapi yang jadi sumber penderitaan gue yaitu saudara tiri gue alias anak semata wayang dari papa tiri gue yang baru dan sukses bikin gue illfeel setengah idup.

Namanya Rheam Gilbert Collins yang seumur-umur nggak pernah gue sangka bakal jadi sodara tiri gue. Dari namanya memeng terdengar rada-rada bule gitu sih. Yup, Rheam memang memiliki darah campuran Indo-Amrik dari  papanya orang Indonesia asli dan mamanya yang keturunan Amerika, tapi tampang Rheam lebih kental nuansa bule-nya. Jadilah dia seorang cowok tertampan dan terpopuler di sekolah. Well, I hate to say that tapi memang begitulah kenyataannya. Kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang nampak dari luar, Rheam, cowok tersadis dan terkejam yang pernah gue kenal. Kini dia jadi sodara gue. Oh my!

Gara-gara Rheam jugalah hari ini gue terlambat berangkat sekolah. Padalah pagi-pagi sekali gue sudah mempersiapkan diri untuk berangkat awal. Gue sengaja berangakat awal karena tau jarak dari rumah baru ke sekolah cukup makan waktu lama bila dibandingkan ketika dulu masih tinggal di rumah lama. Semenjak mama menikah lagi, gue dan mama tinggal dirumah papa tiri. Itu artinya gue tinggal satu atap dengan cowok paling menyebalkan dan paling gue benci sedunia, Rheam.

Seusai sarapan bersama, ‘papa’ menyuruh untuk berangkat naik mobil bersama Rheam ke sekolah. Ya, gue satu sekolah dengan Rheam. Awalnya sudah pasti gue menolak ide tersebut, tapi karena bujukan mama dan demi menghormati papa baru, gue menurut juga berangkat bareng dia. Rheam sudah tentu tidak senang akan hal tersebut. Semasa bodo, gue juga ogah-ogahan berangkat ke sekolah bareng dia kalau nggak terpaksa. Akhirnya jadilah kami berangkat berdua ke sekolah sama-sama. Gue duduk di kursi depan disebelah Rheam yang menyetir mobil. Tampang Rheam terlihat dingin tanpa ekspresi. Sepanjang perjalanan kami hanya diam saja dan sumpah itu bikin gue ngerasa nggak nyaman banget. Tiba-tiba di tengah jalan Rheam menghentikan laju mobilnya.

“Cepetan turun gih!”

“Apa? Lo minta gue turun di tengah jalan? Sadis amat sih lo! ”

“Udah, nggak usah pakai protes. Lo turun apa gue tendang supaya lo bisa turun dari mobil gue?” ucap Rheam jutek.

“Gue juga nggak mau berangkat naik mobil lo kalo nggak kepaksa.” Ucap gue membela diri.

“Ya udah, kalo gitu cepatan turun. Gue juga nggak mau terlihat barengan sama cewek jelek kaya lo ke sekolah, ntar bikin pamor gue turun.”

WHAT THE HELL DID HE SAY?? DIA NGATAIN GUE CEWEK JELEK?? JELEEKK??? Anjrit nih cowok asli sombongnya minta ampun. Gue dengan ati dongkol turun dari mobil dan Rheam beserta mobil sport Mercedes-Benz-nya segera berlalu cepat dari hadapan gue. Ninggalin gue sendirian yang sedang kesal bercampur amarah. Tapi percuma ngambek berlarut-larut karena sebentar lagi bel masuk sekolah akan berbunyi. Gue pun dengan berat hati meneruskan perjalanan sambil jalan kaki. Tanggung mau naik angkot karena jarak sekolah sudah hampir dekat walau tetap saja berjalan kaki sepertinya akan terlambat.

Sampai depan sekolah pintu gerbang sudah ditutup rapat. Tuh kan betul apa kata gue. Untung gue tau jalan pintas menuju gedung sekolah lewat pekarangan belakang. Gue bergegas menyelinap melewati pagar tumbuh-tumbuhan yang menjulang tidak terlalu tinggi di pekarangan belakang sekolah. Letaknya pun cukup tersembunyi dari pengelihatan orang awam. Tseeett.. jalan pintas ini sebenernya cuma gue aja yang tau dan dua orang lagi yaitu sahabat gue. Sambil berucap sumpah serapah ke Rheam gue berjalan terburu-buru sampai-sampai tidak melihat ada sesuatu yang menghadang di jalan dan dengan sukses membuat muka gue nyrungsep ke tanah.

“Gila, siapa sih yang usil ngerjain gini …awas aja lo bakal gue…” gue terdiam nggak nerusin kata-kata. Karna tiba-tiba mata gue menangkap sosok malaikat yang sedang tertidur pulas di bawah pohon rindang. Malaikat itu mengenakan seragam sekolah SMA gue. Wait! Dia pakai seragam sekolah SMA gue? Berarti dia murid sekolah sini juga dong? Dan ternyata kaki malaikat itu lah yang tadi nyandung kaki gue.

Oh my god, baru kali ini gue liat cowok super tampan mirip malaikat yang sedang tertidur di bawah pohon. Eh, emangnya gue pernah liat malaikat ya? Enggak kali! Hehe.. tapi beneran gue belum pernah liat cowok seganteng ini sebelumnya kecuali si Rheam. Lho kok gue bawa-bawa nama Rheam segala. Dia kan musuh gue? Ih, amit-amit deh.

Lagi asik-asiknya berkutat dengan pikiran gue sendiri tiba-tiba si malaikat terbangun dari tidurnya sambil mengerjapkan mata. Dia memandang gue dengan mata bening abu-abunya.

“Baju kamu kotor.”

“Eh?”

Cepet-cepet gue memeriksa baju seragam yang gue kenakan ternyata emang kotor kena tanah abis nyrungsep tadi. Sial! Gue kibas-kibasin tuh baju pakai tangan biar ilang kotorannya.

“Ini. Buat ngelap muka kamu” cowok itu menyodorkan sapu tangannya. Ya ampun pasti muka gue jelek banget belepotan tanah. Tengsin abis deh gue. First impression kok malah buruk banget gini jadinya. Malang banget nih nasib.

“Thanks” ucap gue malu-malu.

 “Nih” gue sodorin lagi sapu tangan abis buat ngelap muka ke dia.

“Kamu simpan saja dulu.”

Ah bego, mana dia mau nerima sapu tangan bekas kena kotor. Bego banget lo Lun. Gue masukkan sapu tangan itu kedalam tas.

“Lo kok nggak ke kelas?” tanya gue sok mengalihkan suasana biar nggak terlihat grogi.

“Hari ini hari pertama aku masuk sekolah.” Katanya dengan logat sedikit aneh.

“Ah, lo anak baru ya? Kenapa pagi-pagi malah tiduran disini?”

“Karna baru pindah kemarin jadi aku sengaja berangkat pagi untuk melihat-lihat keadaan sekolah. Lalu nggak sengaja tertidur..”

Hihihi…lucu juga nih cowok. Masa bisa tertidur di halaman belakang sekolah waktu pertama masuk sekolah?

“Oya, kenalin gue Luna. Lengkapnya Luna Kataluna, kelas 1IPA5. Nama lo siapa?”

“Lloyd Ashton” dia menyebutkan namanya.

“Nama lo unik banget. Lo bukan orang asli sini ya?” Kayaknya sih udah bisa gue tebak. Coz tampang dia nggak ada mirip-miripnya sedikitpun sama cowok lokal a.k.a cowok Indo. Ditambah logat dia yang emang rada-rada cadel.

“Aku baru pindah dari Amerika”

‘Oh pantesan’ batin gue.

“Bisa tolong tunjukan ruang kepala sekolah nggak?” tanya Lloyd

“Ok, bisa kok. Tapi bukannya tadi lo udah keliling-keliling sekolah kan?”

“Iya, tapi belum ketemu ruang kepala sekolah.”

“Oke deh, ayuk gue antar.”

Gue bergegas mengantar Lloyd ke ruang kepala sekolah menaiki tangga hingga tiga lantai ke gedung utama sekolah. Sebenarnya masih ada tiga lantai lagi diatas. Sekolah gue memang terkenal cukup elite dan tersohor di kota gue tinggal. Karna itu banyak anak pejabat dan anak orang kaya yang bersekolah disini. Gue sih bukan salah satu diantaranya tapi gue cukup beruntung bisa bersekolah di sekolah elite ini walau gue bukan termasuk golongan orang kaya. Makanya dulu gue seneng banget waktu bisa keterima masuk di SMA Permata Bangsa. Tapi sekarang gue benci banget berada di sekolah ini karna ada Rheam. Ya dia sumber penderitaan gue saat ini. Untungnya gue masih punya dua sahabat baik semenjak SMP yang satu sekolah sama gue sampai sekarang. Mereka berdua ialah Luca dan Marin.

Setelah mengantar Lloyd sampai kedepan ruang kepala sekolah gue bergegas kembali ke kelas karena jam pelajaran pertama hampir selesai. ‘Sial, gue pasti bakal kena marah.’ batin gue. Karena di sepanjang koridor kelas sudah sangat sepi gue mempercepat langkah kaki menuju kelas. Ketika sampai diujung koridor lantai tiga gue nggak sengaja melewati kelas Rheam. Gue pun sempat mengamati beberapa saat kedalam kelas yang sedang lengang karna pelajaran sedang berlangsung. Tiba-tiba mata gue menangkap sosok Rheam yang sedang serius mencermati pelajaran dan mengenakan kacamata. Tanpa terduga ia menengok ke arah gue. Gue yang sedang terpaku di luar jendela kontan kaget. Rheam memberikan tatapan mata tajam seolah-olah hendak mengusir gue. Gue pun bergegas cabut dari tempat itu dan kembali ke kelas. Alhasil gue beneran kena marah guru matematika yang super galak karena terlambat masuk kelas hingga pelajaran jam ke dua. Siaaallll!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar