Pages

Jumat, 29 April 2011

2nd Sequel An Emo Story : Secret Later From Mysterious Guy (Damien Pov)

Soundtrack :
Hummingbird by Never Shout Never 
Finding Me Out by The Friday Night Boys

 Pertama aku melihatnya ketika ia lewat dihadapanku tiga tahun yang lalu dan sampai sekarang aku masih memendam perasaan terhadapnya. Dia seorang gadis biasa dan tak ada yang special darinya. Tapi ia mampu menyihirku untuk tidak mengalihkan pandangan dari dirinya. Tanpa ia sadari selama ini aku terus memperhatikannya dari jauh. Aku tidak mempunyai keberanian untuk sekedar menyapa ataupun berkenalan dengannya. Terlalu sulit bagiku melakukannya.

Tiga tahun berlalu sudah tanpa aku berbuat apa-apa.

Entah perasaan apa yang menyelimuti diriku dan muncul begitu saja ketika memandang sosok gadis itu. Dia gadis lugu yang setiap hari melalui jalan ini tempat dimana aku biasa merenung sendirian di suatu pojok tempat yang tak seorang pun menyadari keberadaanku. Tapi aku selalu memperhatikannya. Senyumnya adalah alasan bagiku untuk tetap menjalani kehidupan.

Aku seorang anak lelaki yang menjalani kehidupan sendiri semenjak orang tuaku bercerai ketika aku masih berumur 10 tahun. Damien adalah nama yang diberikan mereka dulu ketika aku lahir dan Anderson adalah nama keluarga dari ayah yang kupakai sebagai nama belakang. Kedua orang tuaku kini sudah memiliki kehidupan masing-masing dengan keluarga barunya.

Aku tinggal sendirian disebuah apartemen sederhana yang diberikan ayah padaku semenjak umur  13 tahun.  Selalu melewati empat musim dalam setahun sendirian. Pada mulanya aku tinggal bersama ayah ketika kedua orang tuaku mulai bercerai namun kini ia sudah menikah lagi dan pasangan ayah tidak mengijinkanku untuk tinggal bersama mereka setelah menikah. Jadi ayah memberikan apartemen ini untukku dengan dalih aku mampu bertahan hidup sandiri sebagai anak laki-laki. Ayah mengunjungiku sesekali untuk mengesankan dia tidak menelantarkanku dan mengirimkan uang rutin tiap bulan. Namun semenjak berjalannya waktu dan aku mulai  bertumbuh dewasa ia mulai jarang mengunjungiku dan sekarang ia sama sekali tak pernah mengunjungiku. Hanya uang kirimannya sajalah yang rutin kudapat. Ibu? Aku sudah tidak mengetahui kabarnya semenjak ia bercerai dari ayah dan menikah lagi dengan laki-laki lain.

Memasuki tahun pertama di sekolah menengah atas aku berjumpa lagi dengannya. Ya, dia gadis itu. Gadis yang selalu menjadi perhatianku semenjak aku mulai tinggal sendiri dan selalu mengasingkan diri disuatu tempat. Aku satu sekolah dengannya.

Ingin sekali aku menyapanya namun tak memiliki keberanian untuk bertindak. Dia terlalu sempurna bagiku, bagi seorang cowok yang mempunyai kehidupan menyedihkan sepertiku. Karna itu yang dapat kulakukan hanya menulis puisi-puisi tentangnya dan bercerita seberapa besar aku mengaguminya.  Puisi –puisi itu kujadikan sebuah surat dan kuletakkan tiap hari dilokernya dengan menyantumkan inisial namaku pada setiap surat yang kukirim. Pada mulanya aku melihat dia membuang surat yang pertama kukirim ke tong sampah setelah beberapa saat ia membacanya. Namun dilain esok ia memutuskan menyimpan surat berikutnya dari loker. Saat itulah aku mulai rutin mengiriminya surat setiap hari dan dia selalu menyimpan surat yang didapatkannya di loker dan menyelipkannya dalam tas.

Pada suatu pagi ketika hendak meletakkan surat diloker seperti biasa tak disangka aku berpapasan dengannya. Koridor sekolah saat itu masih sepi , kami sempat bertemu pandang beberapa saat. Itulah kali pertamanya  ia menyadari keberadaanku. Aku mengurungkan niat untuk meletakkan surat dilokernya karna tak mau ia tau tentang identitasku. Sore harinya ketika kurasa sudah aman aku meletakkan surat tersebut dilokernya.

Beberapa waktu ini kulihat gadis itu tak sendirian lagi.  Selain bersama sahabatnya ia juga sering terlihat berjalan bersama cowok yang tak asing di sekolah. Aku tau cowok itu adalah kapten tim basket sekolah yang cukup populer. Semakin lama gadis itu semakin terlihat akrab dengannya.

Tak bisa kupungkiri sepertinya mereka sedang menjalin hubungan khusus saat ini. Aku pun mulai ragu dengan usahaku selama ini. Aku memang berbeda dari cowok itu. Dia tipikal cowok yang mudah bergaul dengan setiap orang. Populer di sekolah dan jago dalam olah raga. Sedangkan aku lebih cenderung menyendiri dan mengisolasi diri dari pergaulan.

Semenjak menginjak remaja aku merubah penampilanku dengan mengecat rambutku menjadi hitam dan membiarkan sebagian rambutku menutupi sebagian bola mata biru terang yang kumiliki. Rambut asliku berwarna pirang. T-shirt ketat dan celana jins ketat adalah pakaian yang umum kugunakan setiap hari. Aku cenderung mengenakan pakaian berwarna gelap dengan beberapa accessories gelang dan sarung tangan serta wristband di pergelangan tangan. Aku juga menambahkan eyeliner hitam disekeliling mataku  dan menghiasi salah satu sudut bibiku dengan snakebite. Kemana-mana aku akan selalu mengenakan sneakers dikedua kakiku. Orang-orang sering menyebutku emo.

Di sekolah aku dikejutkan dengan berita bahwa gadis yang selama ini kukagumi telah berpacaran dengan cowok yang sudah beberapa saat dekat dengannya. Seketika parasaanku menjadi hancur dan aku merasa kehilangan harapan. Aku memang tak pernah berani mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya secara langsung. Namun kukira aku talah memiliki kesempatan dan sedikit celah serta sedikit demi sedikit mengumpulkan keberanian untuk menunjukkan perhatianku padanya. Namun ternyata aku terlambat.

Akupun berhenti mengiriminya surat di loker semenjak saat itu. Dia terlihat agak kecewa. Sekali lagi aku berpapasan dengannya dan kami bertemu pandang. Kali ini kuberanikan diri menatapnya dengan tajam. Ingin sekali  kuungkapkan bagai mana perasaanku terhadapnya. Namun tak ada keberanian dalam diri yang terdorong keluar. Aku hanya bisa menyimpan perasaanku untuk kesekian kalinya lagi.

Lama kelamaan ia mulai kembali menjalani kehidupan normalnya seperti biasa melupakan rutinitas mengambil surat di lokernya setiap pagi. Dan dari hari kehari aku semakin terpuruk dengan kehidupanku yang menyedihkan. Aku merasa kehilangan arah tujuan hidupku. Selama ini hanya dia yang mampu membuatku terus bertahan dengan kehidupan. Dia satu-satunya alasan aku tetap ada didunia ini. Wajahnya dan senyumannya yang selalu menyelamatkanku dari kesepian walau hanya dapat kupandangi dari jauh. Aku tak bisa terima melihatnya bersama cowok lain karna itu menghancurkan hatiku.

Aku tersiksa dalam kesendirianku dan segala beban pikiran yang ku rasakan. Ku putuskan untuk menulis surat untuk yang terakhir kali padanya. Ya, mungkin setelah surat ini tak kan ada lagi surat lain yang kan kutulis untuk siapapun. Sudah kuputuskan untuk mengakhiri segalanya.

Aku berada sendirian dalam ruang music ketika sekolah mulai sepi dan langit beranjak petang.  Menikmati kesendirianku  disaat-saat terakhir. Surat yang kutulis semalam berada dalam genggamanku. Aku siap mengirimkannya ke loker sore ini.

Dari luar terdengar suara derap langkah yang semakin mengeras. Langkah kaki tersebut terdengar seperti terburu-buru kemudian aku juga mendengar suara langkah kali lain mengikutinya dari belakang. Karna penasaran kuputuskan mengikutinya keluar ruangan. Di koridor aku melihat seorang cowok sedang mengikuti cewek dari belakang. Cewek itu nampak ketakutan dan terus mempercepat langkah kaki nya. Baru kusadari ternyata cewek itu ialah gadis yang yang kukagumi. Aku berusaha mengejar mereka hingga sampai ditikungan dan menabrak si cowok penguntit dari belakang. Ia nampak terkejut mengetahui kehadiranku dan segera berlari terbirit-birit menjauh. Gadis itu menyadari suara tubrukan barusan dan mengecek kebelakang. Aku bergegas sembunyi di balik tikungan tanpa menyadari kalau surat yang kugenggam lepas dari tanganku. Surat itu terjatuh ditempat tabrakan tadi. Gadis itu lalu memungutnya.

Disurat tersebut aku menyantumkan nama asliku dibalik inisial nama yang selalu kutulis diakhir kalimat. Tersembunyi  disebelah dalam amplop yang mungkin gadis itu tak menyadarinya.  Ia mambaca surat tersebut yang isinya :

Dear sunshine,

Mungkin ini adalah surat terakhir yang kutulis untukmu.Tiada puisi indah dan kata-kata cinta lagi yang dapat kulampirkan karena seberapa banyaknya pun puisi dan kata-kata indah yang kutulis tidak akan pernah cukup mewakili perasaanku yang ingin kusampaikan padamu.

Aku tau kini kamu sudah menjadi milik orang lain. Tapi aku masih terlalu egois untuk melepaskanmu begitu saja dari hidupku. Kamu membuat aku gila sampai-sampai membuatku berfikir untuk mengakhiri hidup dan pergi selama-lamanya dari dunia ini. Mungkin ini terdengar bodoh dan gila atau apapun yang kamu anggap ini sebagai lelucon. Sayangnya aku bukanlah orang yang suka terhadap lelucon. Kadang-kadang aku memang suka bertindak tanpa berfikir panjang.

Temui aku besok ditempat XXX dekat pantai XXX tidak lebih dari pukul 10 malam. Aku tidak akan menunggu lebih lama lagi jika kamu tidak segera datang tepat waktu. Kini sudah saatnya bagiku berhenti mengagumimu diam-diam. Kuharap aku tidak akan sampai melakukan hal yang kupikirkan. Karena besok mungkin terakhir kalinya aku dapat meliat matahariku lagi sebelum aku benar-benar akan meninggalkannya.

With all my love and soul,

D.A


Aku tak tau apa yang dipikirkannya. Aku tak perduli jika dia menganggapku gila. Satu hal yang kutahu aku sangat menginginkannya. Aku tak bisa tetap bertahan hidup dengan melihatnya bahagia bersama orang lain. Aku ingin memilikinya untuk diriku sendiri, namun aku tak bisa.

Didepanku hamparan laut berombak bergejolak menghantam batu karang. Aku berdiri disuatu tempat diatas sebuah bukit yang dilalui jalur kereta api dan jalan beraspal. Aku bersandar pada tembok pengaman jalan menghadap kelautan lepas dibawah sana.

Jam tanganku menunjukkan tepat pukul 10 malam. Dia tak datang. Mungkin memang aku tak pantas memilikinya. Tak ada alasan lagi bagiku untuk terus disini. Laut sudah menantiku dibawah sana tiba-tiba aku mendengar suara terakan dari belakang.

“Hey, stop.  Jangan melompat kebawah!”

Aku menengok kearah sumber suara. Gadis itu berdiri diseberang rel kereta dengan nafas  terengah-engah. Dia nampak terkejut beberapa saat. Aku memberikan sebuah senyuman padanya. Dia berusaha menghampiriku ketika tiba-tiba palang kereta turun dan menjebaknya ditengah-tengah rel. Aku melihatnya sangat ketakutan dan tak mampu bergerak ketika dari arah seberang sebuah kereta express melaju dengan kencang kearahnya. Tanpa pikir panjang aku berlari menerobos palang kereta dan mendorong gadis itu ke aspal jalan.

Dalam sedikit waktu sempitku aku masih dapat melihatnya dan memberikan senyuman terakhirku untuknya.

“I love you, Alice” 

Aku tak menyesal  menyelamatkan nyawanya  dan menggantinya dengan nyawaku sendiri. Karna selama ini aku hidup memang untuk dirinya. Laju kereta express menghampaskan tubuhku seketika dan membuatku tak merasakan apa-apa lagi. Setidaknya diakhir hidupku aku sudah berbuat yang terbaik untuk orang yang kusayangi selama ini.

~End Sequel 2  – Tamat~

Note : Cerita ini adalah lanjutan dari dua cerita sebelumnya yaitu ‘ An Emo Story : Secret Letter From Mysterious Guy’ original story dan ‘ Sequel  An Emo Story : Secret Letter From Mysterious Guy (Suicide Alice) ‘  namun dapat juga dibaca terpisah. Jika penasaran dengan cerita sebelumnya dapat membacanya di cerpen.net atau cerpen.net yang ada di facebook. Oya, bunuh diri ataupun merencanakan bunuh diri tentu saja dilarang agama. Saya tidak menyarankan pembaca mengikuti hal dalam cerpen ini. Cerpen ini hanya sebuah karya untuk menyalurkan hobby menulis saya. So, have fun, guys ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar